Senin, 11 April 2016

Model 9

HATI

Pendahuluan
Mengungkapkan konsep hati membutuhkan perenungan yang dalam, karena berkaitan dengan filsafat yang merupakan suatu bidang pengetahuan yang berkehendak mengetahui segala sesuatu secara mendalam sehingga tercapai kebenaran yang sebenar-benarnya.
Pusat kendali kehidupan manusia terletak di tiga tempat; indera, akal dan hati. Akal diyakini sebagai elemen yang menghasilkan pengetahuan logis (filsafat) sedangkan hati menghasilkan pengetahuan yang supralogis yang disebut dengan pengetahuan mistik; iman termasuk di dalamnya.
Pada perjalanannya, terjadi pergumulan dominasi antara hati dan akal. Titik-titik rivalitas keduanya dapat kita runut dalam sejarah dan filsafat. Awalnya terjadi antara sofisme dan Socrates, yang kedua antara credo ut intelligam-nya abad pertengahan dan Descartes, dan yang ketiga antara sofisme modern dan Immanuel Kant. Pada jaman Yunani Kuno, akal mendapat peran vital. Prinsip manusia adalah ukuran kebenaran dan semua kebenaran adalah relative menunjukkan hal tersebut. Socrates bertindak sebaliknya, ia meyakinkan orang Athena bahwa ada kebenaran umum yang dapat diterima oleh semua orang. Socrates meneguhkan kembali sains dan agama. Abad Skolastika meneguhkan superioritas gereja, Descartes mengagungkan peran akal. Comte mengesampingkan metafisika, Kant memenangkan peran hati dan akal.
Pada kenyataannya, hati mendapat peran yang besar. Banyak predikat yang disematkan pada hati. Sehati, hati nurani, hati kecil, kecil hati, jantung hati, jatuh hati, rendah hati, hati-hati, sedih hati, komplikasi hati, adalah beberapa contoh diantaranya. Tulisan berikut mencoba mengetengahkan “hati” dalam sejarah dan filsafatnya.

Pembahasan
Hati dapat dimaknai dalam dua wajah. Pertama sebagai organ badan yang berwarna kemerah-merahan di bagian kanan atas rongga perut, gunanya untuk mengambil sari-sari makanan di dalam darah dan menghasilkan empedu. Pengertian anatomis hati ini, memiliki keterkaitan dengan hadits Ketahuilah bahwa di dalam tubuh ada segumpal daging, jika ia baik seluruh tubuh akan baik jika ia rusak seluruh tubuh akan rusak. Ketahuilah dialah hati. (HR BukhariMuslim)
Kedua, hati sebagai sesuatu yang ada dalam tubuh manusia yang dianggap sebagai tempat segala perasaan batin dan tempat menyimpan pengertian, perasaan dan sebagainya. Pengertian kedua ini dapat kita ambil dari Al-Quran diantaranya:
maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada. (QS. Al Hajj 22:46)

Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hati- nya, supaya ia termasuk orang-orang yang percaya (kepada janji Allah). (QS. Al Qashas, 28:10)
Menggapai kebenaran yang hakiki membutuhkanlah hati yang jernih yang melurusi segala akal dan hati itu sendiri, karena manusia tidak akan pernah sanggup menggunakan fikirannya untuk membuat suatu kebenaran diatas kebenaran Tuhan. Pidato pembelaan Socrates sebagaimana ditulis Plato dalam Apologia menunjukkan bahwa Socrates tidak hanya mengandalkan pendapat akal tetapi juga pada kekuatan hati (rasa).
Augustinus (354-430) berpendapat bahwa tugas manusia adalah memahamii gejala kenyataan yang selalu berubah. Naturnya jiwa itu bertempat dalam badan jasmani. Hati dan jiwa tidak ada tanpa badan, akan tetapi jiwa tidak bergantung pada badan. Hati dan jiwa lebih tinggi daripada badan, lebih hakikat daripada badan.
Menurut Plotinus (204-270) terdapat tiga realitas: The One, The Mind, The Soul. The One adalah Tuhan dalam pandangan Philo, yaitu suatu realitas yang tidak mungkin dapat dipahami melalui metode sains dan logika, berada di luar eksistensi, di luar segala nilai. Ia transenden terhadap segala makhluk. Nous atau Mind, adalah kesatuan ide yang merupakan bentuk asli dari objek-objek, dimana untuk dapat menghayati dibutuhkan perenungan yang dalam. The Soul adalah arsitek dari semua fenomena yang ada di alam ini. Katakanlah: "Dia-lah Yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati". (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur (QS. Al Mulk, 67:23).
Hati dapat pula menjadi timbangan dalam menilai arti hidup. Kenyataan hidup tidak terbatas pada fisik materi yang terkumpul, namun sejatinya terletak pada kekayaan hati manusia. Kaya itu bukanlah lantaran banyak harta. Tetapi, kaya itu adalah kaya hati (HR Muslim).
Kebenaran dan kebajikan yang didefinisikan melalui pergumulan sengit ide, pendapat dan akal, dapat pula ditimbang dengan hati. Kebajikan itu ialah baiknya budi pekerti dan dosa itu ialah apa-apa yang engkau rasakan bimbang dalam dada - yakni hati - dan engkau tidak suka kalau hal itu diketahui oleh orang banyak." (HR Muslim)
Di antara penyebab timbulnya penyakit keras hati adalah fenomena hiasan dunia di era kontemporer ini, terbuainya manusia olehnya serta beragamnya problematika. Oleh karena itu, anda bisa menjumpai anak kecil yang belum begitu mengenal godaan duniawi dan godaan duniawi pun belum menyentuhnya lebih banyak khusyu' dan tangisnya karena hatinya tersentuh dibandingkan dengan orang dewasa. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram
Diantara sarana yang dapat menangkis kesedihan dan keguncangan hati adalah terputusnya pikiran sepenuhnya untuk memberikan perhatian kepada pekerjaan hari ini yang sedang dihadapinya dan menghentikan pikiran dari menoleh jauh ke waktu mendatang dari kesedihan menengok masa lampau. kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih (QS. Asy Syu’ara, 26:89)

DAFTAR PUSTAKA
1.      Ahmad Tafsir. 2009. Filsafat Umum. Bandung: Remaja Rosda Karya
2.      Idzam Fautanu. (2012). Filsafat Ilmu. Jakarta: Referensi
http://salafidb.googlepages.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar