Senin, 29 Februari 2016

Model 1

MATEMATIKA MODEL :
Karya Hermeneutika

Pikiran manusia diperoleh dari logika dan pengalamannya. Pikiran ini berdimensi parallel dan simultan, sedang kemampuan inderawi manusia bersifat seri, berurutan dan terbatas. Namun ternyata, disadari maupun tidak, sehebat apapun pikiran manusia, tidak akan pernah dapat mengetahui seluk beluk relung hati. Pikiran manusia dapat memperkirakan apa yang mungkin ada dan mungkin terjadi, namun tiadalah pikiran dapat memastikan apa yang senyata ada dan terjadi pada masa yang akan datang. Untuk itulah diperlukan olah pikir yang bukan sebarang berpikir tetapi berpikir yang reflektif.
Pikiran berkembang dalam kehidupan, dan hidup ini penuh dengan mitos. Namun tidak semua mitos harus diabaikan karena ternyata mitos bermanfaat dalam hidup. Sebagai contoh, proses belajar anak kecil bermula dari mitos yang diterima dari orang lain/ orang dewasa. Anak-anak diperintahkan ini itu dan dilarang seperti ini seperti itu karena begini dan begitu. Mitos ini akan mengalami perubahan menurut ruang dan waktunya. Tanpa perlakuan, mitos tetap akan menjadi mitos, namun melalui perantaraan filsafat mitos dapat berubah menjadi logos. Mitos berarti percaya begitu saja, sedangkan logos adalah percaya dengan dipikirkan terlebih dahulu.
Tidak terdapat definisi tunggal terhadap filsafat atau ilmu secara umum. Mengapa demikian?
Objek filsafat adalah yang ada dan yang mungkin ada. Yang ada dan mungkin ada berasal dari ruang dan waktu, dimana tidak ada ruang jika tak ada waktu, dan tidak ada waktu jika tiada ruang. Pengetahuan tentang yang ada ditandai dengan didapatkannya identifikasi ciri-ciri atau sifat dari objek yang ada tersebut. Sebagai contoh, kata (baik nomina, kerja maupun keterangan) yang diucapkan oleh seseorang dikendalikan oleh pikiran dimana telah ada dalam pikiran orang tersebut konsep tentang objek yang ia ucapkan. Contoh sederhana dari yang mungkin ada adalah sesuatu yang akan dikeluarkan oleh seseorang dari dalam bagasinya.
Belajar menurut pandangan filsafat berarti mengadakan dari yang mungkin ada. Guna mempelajari objek filsafat yang berupa yang ada dan yang mungkin ada, wadah dan isinya, diperlukan alat belajar filsafat yang berupa bahasa analog. Bahasa analog lebih tinggi dari sinonim, sama, identik, atau perumpamaan. Sumber belajarnya dapat dari siapapun, dari manapun. Mengapa, karena inti belajar adalah mengambil ide dan dalam pengambilan ide tergantung kapan, dimana, menurut siapa. Akan tetapi tiada seseorang benar-benar berfilsafat jika tidak berdasar pemikiran para filsuf.
Pada saat seseorang belajar filsafat ilmu, dikenakan aspek filsafatnya saja, dimana pada akhir fase belajar tidak ditemukan formula, karena formula ini bersifat kontekstual, baik dalam ruang maupun waktunya.
Matematika Model dan Filsafat
Belajar matematika adalah belajar tetang struktur atau model, dan di dalam filsafat semua ide ialah struktur. Matematika model dapat dianggap sebagai kelanjutan dari filsafat ilmu, dimana aspek belajarnya lebih ditekankan pada hermeneutika daripada struktur ide maupun gagasan. Gambarannya sebagaimana bentuk spiral dimana ide bergerak, berubah dan berkembang menurut ruang waktunya. Pemaknaan orang terhadap sebuah ide saat ini diperoleh berdasarkan pemaknaan dirinya atau orang lain atas ide tersebut yang telah dikemukakan tempo hari, terus menerus berlaku demikian.
Seseorang yang sedang mengikuti perkuliahan matematika model, haruslah bersiap untuk menengok masa lampau, melihat artefak-artefak pengetahuan/matematika yang terhampar, menterjemahkan;  menginterpretasi; menafsirkan dan kemudian menyusun mozaiknya kembali berdasarkan logika dan pengalamannya sendiri. Dengan demikian, inti dari matematika model adalah hermeneutika, diterjemahkan dan menterjemahkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar